Alasan Kenapa Tidak as ef em
Judul di atas yang paling tepat seharusnya "Alasan Kenapa Gue Tidak Main as ef em". Judul yang diatas dipake karena kalau gue pake yang asli, nanti pada gak mau baca... postingan ini akan serius. Tapi jangan khawatir, setiap gue bilang serius, ujung-ujungnya gak bakal serius.
Pada suatu hari, masyarakat twitter merasakan kejenuhan yang berkelanjutan. "Aku harus melakukan apa lagi? Aku sudah terlanjur memberikan hidup ini untuk kehidupan di jejaring sosial. Aku takut setalah ini tak ada kehidupan lagi,aku harus berbakti kepada siapa lagi, oh tidak, Spanyol tidak lolos 16 besar" oke. Lebay. Lanjut. Kejenuhan tersebut akhirnya tertangani, karena ada satu rakyat yang membuat akun baru, sebut saja @JawabPertanyaanAkuDong (Nama akun sengaja disamarkan dengan pertimbangan... pertimbangan.. saya lupa). Akun ini kerjaannya nanya-nanya seputar personal/pribadi seseorang. Dan kebanyakan gak penting. Tapi kata orang yang jawab itu penting. Ya emang penting sih. Tapi... yaudahlah. Contoh: "Kamu lagi apa sekarang?", "Suka warna apa?", "Lebih suka es campur atau es doger?", "orang yang muka dua pantesnya diapain?" "kalau misalnya gebetan ngemention, perasaan lo gimana?", "Dear mantan..." Halah. Sudahlah. Takuat aku melanjutkannya. Sebenernya ini pertanyaan sah - sah aja buat dijawab. Tapi gak di timeline yang jawaban lo bakal diliat sama ratusan orang. Mungkin awalnya mereka wajar - wajar aja. Namun pada akhirnya mereka pasti... tetep wajar-wajar aja. Mungkin cuman gue di sini yang kesel ngeliatnya...
Lama kelamaan semakin banyak akun yang meniru @JawabPertanyaanAkuDong dengan tentunya nama akun yang beda-beda. Ada yang khusus pelajar, remaja, yang remaja dan pelajar pasti orangnya itu-itu juga yang jawab. Hari terus berlalu, masyarakat mulai bosan. Karena pertanyaan yang dilemparkan kembali diulang-ulang. Mungkin kreativitas si admin di sini sudah mentok. Masyarakat mulai galau. Kembali bingung apa yang harus dilakukan mereka. Tapi.. kebingungan itu sirna, sampai mereka menemukan ask.fm. Di sana mereka bebas bertanya apapun kepada temannya. Dan menjawab apapun yang ditanyakan kepada dia. Bahkan dia bisa menjawab pertanyaan yang dia tanyakan pada dirinya sendiri. Di sini pertanyaannya lebih beragam, lebih detail, karena yang bertanya kebanyakan yang kenal kita. Dan... untuk tetap aktif di twitter, si yang main as ef em ini menghubungkan akun as ef em nya dengan twitter. Jadi apapun yang ia jawab, nanti muncul di twitternya juga. Sama-sama banjir juga timeline twitternya gara-gara as ef em. Dan... itulah sejarah ask.fm jadi laku.
Ask.fm. Sebenernya udah ada dari tahun 2010. Cuman emang baru booming di Indonesia sekitar pertengahan tahun 2013. Banyak alasan orang main ask.fm . Selain emang doyan ditanya-tanya seputar pribadinya, juga di ask.fm kita bisa nanya dengan anonymous. Jadi gabakal ketauan gitu kalau kita nanya. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang pengen deketin lawan jenis tapi masih belum berani mengekspos dirinya. Kadang itu juga dipake buat orang-orang yang mau mencibir orang yang dibencinya tapi gak mau dicibir balik. Banyak keuntungan lain yang mendukung ask.fm jadi banyak penggunanya (di Indonesia). Misal, kita jadi bisa tambah dikenal, karena dari pertanyaan orang lain, orang lain yang lain bisa tau kalau kita itu kayak gimana. Gak ngerti kan? Sama. Yaudahlah yah, pokoknya pasti yang baca ini kebanyakan punya ask.fm. Jadi udah pada ngerti lah kenikmatan ber-ask.fm-an kayak gimana.
Tapi di muka bumi ini mungkin ada satu orang yang memilih untuk tidak ikut dalam pergaulan ask.fm. Yaitu gue. Kalau ada pembaca yang merasakan hal yang sama, ya syukur, berarti gue ada temen. Di bawah ini gue akan menjelaskan kenapa sih gue gak ask.fm-an. Kalau misalnya setuju ya syukur, gue nambah temen. Kalau enggak, sikapi aja, kita beda. Oke? Gue juga di sini bukan berarti melarang lo ask.fm-an. Gue cuman mau sharing-sharing aja. Indahnya berbagi.
Pertama, bisa diliat di atas. Yang sejarah ask.fm, awalnya mungkin emang 'usum' dari tanya jawab ditwitter itu. Dan emang dari awal gue gasuka dengan tanya-jawab itu. Karena pelopor tanya-jawab di twitter sendiri itu alay. Yah.
Kedua, dari awal 'usum' di kalangan remaja Indonesia (remaja Indonesia banget?), ask.fm sudah memunculkan konflik yang tidak menyenangkan. Permusuhan diantara si A dan si B dibawa - bawa ke jejaring sosial. Sehingga orang yang tidak ada sangkut pautnya jadi tau. Lama - lama bukannya jadi rame liatin orang berantem, tapi jadi menganggu. Kenapa ask.fm bisa memunculkan konflik? Fitur anonymous. Orang jadi merasa bebas mau berkata apapun kepada orang lain. Karena yang "nanya" gak akan diketahui sama yang "jawab". Jadi yah kurang terkontrol dan gak pernah dipikir dulu mau ngomong tuh. Duh. Ohiya, lo bisa liat di wikipedianya ask.fm di sana dibahas soal cyberbullying yang mengakibatkan orang stress dan bunuh diri. Langsung dari wikipedia sumbernya.
Ketiga, fitur anonymous. Kembali lagi si 'fitur' ini. Fitur ini gue takut membuat orang-orang yang harusnya makin gede makin berani nyatain pendapatnya atau opininya di depan publik, ini malah engga karena sering jadi 'anon' di ask.fm. Ini me-reduce mental yang dimiliki para pemuda. Yang dulu sebelum ada ask.fm mungkin orang nanya pake identitas dia sendiri, harus berjuang, misalnya harus minta followback, mau ngemention juga berpikir panjang-panjang, ngedm apalagi, minta pin bb atau nomor telfonnya mugkin harus berjuta-juta kali mikir, apalagi ngajak jalan atau pulang bareng. Dan pada akhirnya mereka-mereka yang mengalami perjuangan kayak gitu, berlatih mental juga. Mereka jadi berani mengutarakan perasaannya tanpa harus jadi anonymous. Akhirnya sampe pada masa pedekatean. Dia nanya-nanya soal apa yang disenanginya, yang gak disukainya, tanpa jadi anonymous. Ketika si lawan jenis gak suka dengan sikapnya, mungkin si orang ini akan meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya. Ya walaupun hanya beberapa. Tapi lebih mending daripada tiba-tiba kabur dan bersyukur, "untung di anon". Ini soal mental. Men.
Anonymous membuat Anda semakin memiliki mental yang buruk hanya untuk sekedar bertanya dan berpendapat tentang orang lain. Gimana yang lain. Ya walaupun fitur anonymous ini bisa dimatikan. Tapi kebanyakan orang malah masih merelakan orang lain untuk bertanya dengan 'anonymous'-nya. "Kalau fitur ini dihapus secara permanent, lo baru mau main ask.fm?" Tidak. Karena alesan dibawah ini yang bakal mendukung juga...
Keempat, ini bukan fitur yang dibawa oleh ask.fm-nya. Tapi dari penggunanya. "Describe, fi, lt, impersonate, sad story dong..., pap, dear.., liker get 5 back blahblabhblah" oh men. Ini asli pas nulis ini gue langsung pusing mikirnya juga. Describe orang yang udah kenal banget sih gak apa-apa. Tapi kalau yang ketemu baru sekali aja minta didescribe dan mintanya panjang, kita harus ngetik apa... fi, kalau fi kita jelek di awal, gak enak dong, masa mau munafik? (hehehe). Dan ya itu part-part yang paling gue gasuka dari ask.fm. Kita seakan-akan diperintah untuk melakukan kemauannya yang kadang-kadang ditengah-tengah buat gue berpikir, "Siapa elo?". Likers get blahblahblah? Ngelike itu lebih enak langsung dari hati karena emang kita suka. Jangan dipaksa-paksa. Emang apa pentingnya like dalam ask.fm sih... "Yaudah gausah dijawab pertanyaan-pertanyaan yang kayak gitunya.." masalahnya sebagian besar di ask.fm nanyanya kayak gitu.
Kelima, berita/isu yang beredar di ask.fm kadang hanya berita burung. Jangan pernah percaya langsung 100% seluruh berita yang muncul di ask.fm. Kalau bisa jangan percaya sama sekali dulu sebelum dapet dari sumber lain yang bukan dari ask.fm (berita di sini berita yang bersifat umum yah). Kadang juga ada cerita sedih, cerita lucu, cerita mengagetkan yang mereka bilang ini dari kisah asli padahal cuman dibuat-buat. Mungkin emang ada beberapa yang asli, tapi tolong jangan langsung yakin 100% percaya. Kalau percaya taktunya langsung disebarin ke temen-temen yang lain. Nah nantinya berita yang di ask.fm yang belum tentu bener, nyebar ke dunia nyata. Dan gue sering denger beberapa cerita dan berita yang sumber awalnya dari ask.fm. Dan tiap pertama kali gue dengernya... "oh men... ini 2014".
Keenam, pengguna. Di sana terlihat seperti orang-orang yang kurang diperhatiin oleh sekitar. Minta ditanya mulu.. banyak yang sebetulnya hal-hal 'privacy', tapi disebar juga di ask.fm. Apakah ini tidak membuat orang-orang mendapatkan kesempatan gratisan untuk mengetahui kepribadian Anda? Masih untung kalau orang yang baik. Kalau orang yang berniat jahat? Mau salahin siapa kalau akhirnya terjadi apa-apa dengan kelangsungan hidup Anda? Coba dulu... orang lain lebih punya usaha untuk mengetahui probadi orang lain. Harus ada komunikasi dulu lah, harus deket dulu lah... ada perjuangan men.
Dan yang terakhir, alesan yang paling kuat adalah gue udah ilfil dari awal soal ask.fm. Selesai. Karena ask.fm adalah situs yang kontroversial, mungkin postingan ini pun akan kontroversial. Sekali lagi, ini opini saya pribadi.
"Kembali ajasih ke masing-masing orangnya" Ya masalahnya kebanyakan sudah seperti ini. Semoga dengan ini bisa kembali ke masing-masing orangnya.
Terimakasih yang sudah mau membaca. Yang akhirnya jadi sepemikiran ya Alhamdulillah. Yang tetep mau ask.fman juga ya Alhamdulillah, gue gak jadi nutup rezeki orang. Mari kita tutup dengan quotes:
Pada suatu hari, masyarakat twitter merasakan kejenuhan yang berkelanjutan. "Aku harus melakukan apa lagi? Aku sudah terlanjur memberikan hidup ini untuk kehidupan di jejaring sosial. Aku takut setalah ini tak ada kehidupan lagi,aku harus berbakti kepada siapa lagi, oh tidak, Spanyol tidak lolos 16 besar" oke. Lebay. Lanjut. Kejenuhan tersebut akhirnya tertangani, karena ada satu rakyat yang membuat akun baru, sebut saja @JawabPertanyaanAkuDong (Nama akun sengaja disamarkan dengan pertimbangan... pertimbangan.. saya lupa). Akun ini kerjaannya nanya-nanya seputar personal/pribadi seseorang. Dan kebanyakan gak penting. Tapi kata orang yang jawab itu penting. Ya emang penting sih. Tapi... yaudahlah. Contoh: "Kamu lagi apa sekarang?", "Suka warna apa?", "Lebih suka es campur atau es doger?", "orang yang muka dua pantesnya diapain?" "kalau misalnya gebetan ngemention, perasaan lo gimana?", "Dear mantan..." Halah. Sudahlah. Takuat aku melanjutkannya. Sebenernya ini pertanyaan sah - sah aja buat dijawab. Tapi gak di timeline yang jawaban lo bakal diliat sama ratusan orang. Mungkin awalnya mereka wajar - wajar aja. Namun pada akhirnya mereka pasti... tetep wajar-wajar aja. Mungkin cuman gue di sini yang kesel ngeliatnya...
Lama kelamaan semakin banyak akun yang meniru @JawabPertanyaanAkuDong dengan tentunya nama akun yang beda-beda. Ada yang khusus pelajar, remaja, yang remaja dan pelajar pasti orangnya itu-itu juga yang jawab. Hari terus berlalu, masyarakat mulai bosan. Karena pertanyaan yang dilemparkan kembali diulang-ulang. Mungkin kreativitas si admin di sini sudah mentok. Masyarakat mulai galau. Kembali bingung apa yang harus dilakukan mereka. Tapi.. kebingungan itu sirna, sampai mereka menemukan ask.fm. Di sana mereka bebas bertanya apapun kepada temannya. Dan menjawab apapun yang ditanyakan kepada dia. Bahkan dia bisa menjawab pertanyaan yang dia tanyakan pada dirinya sendiri. Di sini pertanyaannya lebih beragam, lebih detail, karena yang bertanya kebanyakan yang kenal kita. Dan... untuk tetap aktif di twitter, si yang main as ef em ini menghubungkan akun as ef em nya dengan twitter. Jadi apapun yang ia jawab, nanti muncul di twitternya juga. Sama-sama banjir juga timeline twitternya gara-gara as ef em. Dan... itulah sejarah ask.fm jadi laku.
Ask.fm. Sebenernya udah ada dari tahun 2010. Cuman emang baru booming di Indonesia sekitar pertengahan tahun 2013. Banyak alasan orang main ask.fm . Selain emang doyan ditanya-tanya seputar pribadinya, juga di ask.fm kita bisa nanya dengan anonymous. Jadi gabakal ketauan gitu kalau kita nanya. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang pengen deketin lawan jenis tapi masih belum berani mengekspos dirinya. Kadang itu juga dipake buat orang-orang yang mau mencibir orang yang dibencinya tapi gak mau dicibir balik. Banyak keuntungan lain yang mendukung ask.fm jadi banyak penggunanya (di Indonesia). Misal, kita jadi bisa tambah dikenal, karena dari pertanyaan orang lain, orang lain yang lain bisa tau kalau kita itu kayak gimana. Gak ngerti kan? Sama. Yaudahlah yah, pokoknya pasti yang baca ini kebanyakan punya ask.fm. Jadi udah pada ngerti lah kenikmatan ber-ask.fm-an kayak gimana.
Tapi di muka bumi ini mungkin ada satu orang yang memilih untuk tidak ikut dalam pergaulan ask.fm. Yaitu gue. Kalau ada pembaca yang merasakan hal yang sama, ya syukur, berarti gue ada temen. Di bawah ini gue akan menjelaskan kenapa sih gue gak ask.fm-an. Kalau misalnya setuju ya syukur, gue nambah temen. Kalau enggak, sikapi aja, kita beda. Oke? Gue juga di sini bukan berarti melarang lo ask.fm-an. Gue cuman mau sharing-sharing aja. Indahnya berbagi.
Pertama, bisa diliat di atas. Yang sejarah ask.fm, awalnya mungkin emang 'usum' dari tanya jawab ditwitter itu. Dan emang dari awal gue gasuka dengan tanya-jawab itu. Karena pelopor tanya-jawab di twitter sendiri itu alay. Yah.
Kedua, dari awal 'usum' di kalangan remaja Indonesia (remaja Indonesia banget?), ask.fm sudah memunculkan konflik yang tidak menyenangkan. Permusuhan diantara si A dan si B dibawa - bawa ke jejaring sosial. Sehingga orang yang tidak ada sangkut pautnya jadi tau. Lama - lama bukannya jadi rame liatin orang berantem, tapi jadi menganggu. Kenapa ask.fm bisa memunculkan konflik? Fitur anonymous. Orang jadi merasa bebas mau berkata apapun kepada orang lain. Karena yang "nanya" gak akan diketahui sama yang "jawab". Jadi yah kurang terkontrol dan gak pernah dipikir dulu mau ngomong tuh. Duh. Ohiya, lo bisa liat di wikipedianya ask.fm di sana dibahas soal cyberbullying yang mengakibatkan orang stress dan bunuh diri. Langsung dari wikipedia sumbernya.
Ketiga, fitur anonymous. Kembali lagi si 'fitur' ini. Fitur ini gue takut membuat orang-orang yang harusnya makin gede makin berani nyatain pendapatnya atau opininya di depan publik, ini malah engga karena sering jadi 'anon' di ask.fm. Ini me-reduce mental yang dimiliki para pemuda. Yang dulu sebelum ada ask.fm mungkin orang nanya pake identitas dia sendiri, harus berjuang, misalnya harus minta followback, mau ngemention juga berpikir panjang-panjang, ngedm apalagi, minta pin bb atau nomor telfonnya mugkin harus berjuta-juta kali mikir, apalagi ngajak jalan atau pulang bareng. Dan pada akhirnya mereka-mereka yang mengalami perjuangan kayak gitu, berlatih mental juga. Mereka jadi berani mengutarakan perasaannya tanpa harus jadi anonymous. Akhirnya sampe pada masa pedekatean. Dia nanya-nanya soal apa yang disenanginya, yang gak disukainya, tanpa jadi anonymous. Ketika si lawan jenis gak suka dengan sikapnya, mungkin si orang ini akan meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya. Ya walaupun hanya beberapa. Tapi lebih mending daripada tiba-tiba kabur dan bersyukur, "untung di anon". Ini soal mental. Men.
Anonymous membuat Anda semakin memiliki mental yang buruk hanya untuk sekedar bertanya dan berpendapat tentang orang lain. Gimana yang lain. Ya walaupun fitur anonymous ini bisa dimatikan. Tapi kebanyakan orang malah masih merelakan orang lain untuk bertanya dengan 'anonymous'-nya. "Kalau fitur ini dihapus secara permanent, lo baru mau main ask.fm?" Tidak. Karena alesan dibawah ini yang bakal mendukung juga...
Keempat, ini bukan fitur yang dibawa oleh ask.fm-nya. Tapi dari penggunanya. "Describe, fi, lt, impersonate, sad story dong..., pap, dear.., liker get 5 back blahblabhblah" oh men. Ini asli pas nulis ini gue langsung pusing mikirnya juga. Describe orang yang udah kenal banget sih gak apa-apa. Tapi kalau yang ketemu baru sekali aja minta didescribe dan mintanya panjang, kita harus ngetik apa... fi, kalau fi kita jelek di awal, gak enak dong, masa mau munafik? (hehehe). Dan ya itu part-part yang paling gue gasuka dari ask.fm. Kita seakan-akan diperintah untuk melakukan kemauannya yang kadang-kadang ditengah-tengah buat gue berpikir, "Siapa elo?". Likers get blahblahblah? Ngelike itu lebih enak langsung dari hati karena emang kita suka. Jangan dipaksa-paksa. Emang apa pentingnya like dalam ask.fm sih... "Yaudah gausah dijawab pertanyaan-pertanyaan yang kayak gitunya.." masalahnya sebagian besar di ask.fm nanyanya kayak gitu.
Kelima, berita/isu yang beredar di ask.fm kadang hanya berita burung. Jangan pernah percaya langsung 100% seluruh berita yang muncul di ask.fm. Kalau bisa jangan percaya sama sekali dulu sebelum dapet dari sumber lain yang bukan dari ask.fm (berita di sini berita yang bersifat umum yah). Kadang juga ada cerita sedih, cerita lucu, cerita mengagetkan yang mereka bilang ini dari kisah asli padahal cuman dibuat-buat. Mungkin emang ada beberapa yang asli, tapi tolong jangan langsung yakin 100% percaya. Kalau percaya taktunya langsung disebarin ke temen-temen yang lain. Nah nantinya berita yang di ask.fm yang belum tentu bener, nyebar ke dunia nyata. Dan gue sering denger beberapa cerita dan berita yang sumber awalnya dari ask.fm. Dan tiap pertama kali gue dengernya... "oh men... ini 2014".
Keenam, pengguna. Di sana terlihat seperti orang-orang yang kurang diperhatiin oleh sekitar. Minta ditanya mulu.. banyak yang sebetulnya hal-hal 'privacy', tapi disebar juga di ask.fm. Apakah ini tidak membuat orang-orang mendapatkan kesempatan gratisan untuk mengetahui kepribadian Anda? Masih untung kalau orang yang baik. Kalau orang yang berniat jahat? Mau salahin siapa kalau akhirnya terjadi apa-apa dengan kelangsungan hidup Anda? Coba dulu... orang lain lebih punya usaha untuk mengetahui probadi orang lain. Harus ada komunikasi dulu lah, harus deket dulu lah... ada perjuangan men.
Dan yang terakhir, alesan yang paling kuat adalah gue udah ilfil dari awal soal ask.fm. Selesai. Karena ask.fm adalah situs yang kontroversial, mungkin postingan ini pun akan kontroversial. Sekali lagi, ini opini saya pribadi.
"Kembali ajasih ke masing-masing orangnya" Ya masalahnya kebanyakan sudah seperti ini. Semoga dengan ini bisa kembali ke masing-masing orangnya.
Terimakasih yang sudah mau membaca. Yang akhirnya jadi sepemikiran ya Alhamdulillah. Yang tetep mau ask.fman juga ya Alhamdulillah, gue gak jadi nutup rezeki orang. Mari kita tutup dengan quotes:
"Pro-kontra adalah penyeimbang, Lawan debat adalah teman berdiskusi" - Anies Baswedan

Comments
Post a Comment