WHY !

Selamat datang di blog ini lagi. Yang semakin hari semakin ramai saja didatangi pengungjung. Entah karena emang tertarik baca tulisan di dalemnya, gak sengaja kepencet, atau malah salah ngeklik iklan – iklan senonoh yang ada di website lain (loh?). Sudahlah. Saya semakin sini semakin garing saja. Mungkin ini akibat dari pemanasan global, sehingga banyak yang menjadi gersang.





“Kenapa?” sebuah pertanyaan singkat. Tapi membutuhkan jawaban yang mungkin sangat rumit dan panjang. “Kenapa?” membuat kita akan berpikir untuk kembali ke awal sebuah proses, ketika pertanyaan tersebut diikuti dengan pertanyaan tentang usaha yang sedang atau telah kita lakukan. Misalnya, “Kenapa kamu mengerjakan PR mu?”, “karena aku disuruh oleh ibu guru.”. “Kenapa?” pertanyaan yang selalu hinggap di kepala kita, ketika kita merasa kebingungan atas suatu hal. Mencoba mencari sebuah sebab dan alasannya. “Kenapa?” pertanyaan yang bisa dijadikan sebuah pedoman atau dasar untuk menentukan apa yang harus kita lakukan selanjutnya. “Kenapa?” adalah sebuah pertanyaan mendasar yang harus kita jawab di awal sebelum melakukan sesuatu. Kenapa?

Terkadang hal ini disepelekan. Atau mungkin malah kita tidak tahu bagaimana kita harus memulai sesuatu. Diri kita kreatif. Inisiatif membuat banyak sebuah konsep kegiatan atau pergerakan. Namun kurangnya inisiasi lah yang membuat kita tidak jadi bergerak-bergerak. Kenapa? Karena “kenapa?” yang kurang kuat. Ini akan terdengar klise, “Semuanya harus berawal dari niat.”. Niat di sini bukan hanya sekedar niat. Dibutuhkan niat yang kuat dan landasan yang jelas ketika kamu ingin melakukan sesuatu dengan baik. Contoh: Anda lari pagi dengan niat biar gak gendut (mari kita blakblakan). Ketika di tengah jalan, kamu kelelahan, dan akhirnya kepikiran kalau misalnya dari lari segini aja kamu gak akan pernah kurus – kurus. Akhirnya kamu cuman lari beberapa meter saja yang artinya menyerah begitu saja. Kapan kurusnya… masalahnya di situ adalah satu, Anda tidak memiliki niat yang kuat. Niat yang kuat bukan hanya saja diukur dengan kekonsistensian Anda dalam memegang teguh niat Anda. Tapi kualitas dari niat Andapun tidak boleh sembarangan. Harus dibarengi dengan landasan yang jelas. Kenapa Anda harus berlari pagi? Coba ganti niatnya menjadi “Agar sehat”. Menjaga kesehatan tentu saja menjadi keharusan bagi setiap insan karena kalau sakit pasti banyak menyulitkan orang- orang sekitar. Salah satu contoh kasus lagi yang sering terjadi di sekiar kita. “Niat belajar”. Untuk apa kita belajar? Untuk faham. Banyak orang yang berniat belajar hanya untuk mendapatkan nilai. Padahal kalau mau dapet nilai mah gausah belajar, nyontek aja pas ulangan, gampang kan? Biasanya yang memiliki niatan seperti itu, setelah ulangan tentang materi tersebut lalu dinyatakan lulus di bab tersebut, ya jadi lupa lagi akhirnya. Karena niatnya, sudah tercapai. Padahal seseorang belajar agar mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari sehingga membuat ia menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang banyak. Bukan hanya nilai. Belajar untuk mendapatkan nilai itu adalah latar belakang yang cukup lemah.

Niat dan tujuan itu selalu berdampingan. Tujuan biasanya dirumuskan dari niatnya. Tapi masalahnya kadang banyak orang yang menemukan terlebih dahulu metode-nya dibandingkan tujuannya. Melaksanakan “HOW” sebelum menemukan “WHY”. Hal tersebut pasti akan menghasilkan “WHAT” yang cacat. WE MUST HAVE THE “WHY” FIRST!

Banyak orang – orang, mungkin termasuk saya, keluar dari ‘koridor’ perjuangan saya yang seharusnya karena tidak ingat atau malah mengabaikan “why” yang di awal. Tapi kadang – kadang kita memang menemukan “why” yang tepat di tengah jalan. Sadar atau tidak sadar, jalan yang menurut kita awalnya salah, kadang membawa kita kepada sesuatu yang benar. Menjalankan sesuatu yang tidak kita sukai, kadang membawa kita menjadi lebih baik lagi. Tapi dengan menyampaikan ini jangan membuat Anda tidak merumuskan “why” di awal. Kita butuh “why” untuk memulai. “Kenapa kalian harus melakukan ini?”. Ketika kamu ada dalam sebuah kondisi, tempat, atau sebuah sistem, tanya “Kenapa saya harus ada di sini?”.

Kembali saya singgung kembali, niat yang kuat harus berasal dari landasan yang jelas. Jangan sembarangan menentukan tujuan. Walaupun itu pilihan. Mulailah berpikir cerdas dalam menentukan sebuah jalan yang akan diambil. Tanya pada diri sendiri, “kenapa saya harus memilih jalan ini? Kenapa saya harus ke sini? Kenapa tidak ke sana?”. Pikirkan matang-matang. WE MUST HAVE THE STRONG “WHY”!

Kadang niat kita dalam melakukan sesuatu belum benar. Sangat sering kita berkata niatnya “A” padahal dalam hati niatnya “B”. Beda di mulut beda di hati. Malah niat saya dalam menulis tulisan inpun harus dipertanyakan. Mau menebar kebenaran? Atau cuman pengen ngisi blog yang kosong? Kita harus terus mengevaluasi. Kalau misal perjuangan kita putus di tengah jalan mungkin niat kita belum lurus. Belum benar. Walaupun di proposal tujuan kita benar, bisa saja, yang kita jalani atas dasar niat yang main – main, sembarangan, tak berlandaskan hal yang jelas. Karena ketika niat kita B padahal seharusnya A, kita bakal dapet hal yang berbeda dengan yang niatnya A. Jika pada suatu kasus yang berniat B mendapatkan harta dunia, jabatan, atau namanya terangkat, tetapi setelah itu dia merasa hidupnya hampa malah tidak bahagia. Sedangkan yang niatnya A bisa saja mendapatkan kebahagiaan secara spiritual di mana memang itulah yang selama ini dicari.

“Kenapa” yang kuat bisa saja membuat perjuangan kita berbeda dari perjuangan orang lain. Ketika punya alasan yang kuat, cara atau metode kita dalam melaksanakan sebuah kegiatan pun bisa lebih baik daripada yang punya alasan tanpa berlandaskan sesuatu yang jelas. Selain itu, ketika kita punya “kenapa” yang kuat, ke-istiqomahan dalam berjuangpun, insyaAllah terjaga. Karena ada yang lebih sulit ketimbang memilih suatu jalan, yaitu tetap istiqomah di jalan yang sudah kita ambil.

Jadilah seperti pohon
Tapi bukan sembarang pohon
Niat bak akar, Haruslah kuat
Perjuangannya bagaikan batang, Haruslah lurus
Akar yang kuat, tujuan yang lurus, akan menghasilkan banyak ranting dan kuat pula
Di tiap ranting tersebut, tumbuhlah dedaunan yang rindang
Pada suatu saat nanti, pohon akan berbuah
Buah yang manis juga bermanfaat, bukan saja untuk cadangan makanan pohon tersebut, tapi untuk orang lain pula

Jadilah seperti pohon
Membentuk niat yang kuat telebih dahulu,
tumbuh dan berjuang di jalan yang seharusnya,
lalu di akhir menghasilkan manfaat yang manis bagi orang – orang di sekitarnya.

Temukan alasanmu, kenapa?

Jadilah seperti pohon.

Terimakasih telah membaca isi blog ini.
Kritik dan saran sangat ditunggu sekali.

Comments

Popular posts from this blog

Harkos, Pengharkos, dan Diharkos

Fenomena Pajak Jadian

Memilih Optimis