Apatis

Selamat membaca kembali di blog ini. Sebenernya isinya gajelas, tapi kenapa masih pada mau baca coba... Kalau blog adalah sebuah bangunan atau ruagan, mungkin di blog ini akan terlihat sarang laba-laba ada di mana-mana. Kotoran babi hutan menempel di setiap sudut ruangan. Ditambah dengan petugas kebersihan yang udah minggat dari sebulan yang lalu, karena yang punya gak pernah ngasih gaji. Boro-boro ngasih gaji, nengokin aja gapernah. Lu kate orang sakit ditengokin.



Aniwey, anitu, anitri, ani yudhoyono, sampai detik ini saya mencoba untuk memahami lingkungan sekitar, memahami, sebenarnya apa yang sedang terjadi di lingkungan sekitar saya. Mengapa selalu begini? Mengapa selalu hal - hal negatif yang sampai di telinga ini. Mengapa selalu masalah yang terus-terus saja ada. Padahal ini masalah yang sudah pernah dibahas dan ditemukan solusinya, tapi kenapa masalah tersebut tetap ada. Semisal masalahnya, "Kenapa nilai aku kecil?", "karena kamu kurang belajar, coba banyak-banyak belajar". Masalahnya adalah nilai kecil, solusinya belajar, tapi kenapa di ulangan selanjutnya, nilainya masih aja kecil... Mungkin itu masalah yang, "emang udah susah ya mau gimana lagi..". Okey, kita lari ke masalah yang lain. Misal masalahnya adalah, "Kok ini tempat jadi kotor dan bau yah?". Udah jelas, "Coba beresin, jangan buang sampah dan pipis sembarangan.". Masalah, tempat jadi bau dan kotor. Penyebab, gak akan jauh dari sampah. Solusi? Jangan buang sampah sembarangan. Tapi kenapa masih tetep kotor? Karena orang belum melaksanakan solusinya dan malah membuat penyebab dari masalah ini semakin 'meraja'. Ya gimana permasalahan mau selesai? Padahal udah tau salah. Anda semua tahu definisi 'bodoh'?. Bodoh adalah suatu keadaan di mana kamu sudah tau itu salah, tapi tetap dilaksanakan. Jadi, orang yang membuang sampah sembarangan (yaa yang udah pasti taulah semua orang kalau itu tuh salah), tapi masih aja melakukannya, berarti dia bodoh. Cie.

Kembali lagi ke memahami lingkungan. Entah, mungkin jam terbang saya dalam menganalisis sekitar yang belum panjang, atau memang saya yang so ide. Tapi yang saya rasakan begitu. Masalah yang sama kembali lagi dibahas berkali-kali, entah karena memang masalah ini terus berkelanjutan, belum ditemukan solusinya, atau malah karena orang-orang tidak terlalu peduli dengan masalah ini? Masalah yang dimaksud sebenarnya bisa apa saja. Lihatlah sekitar Anda, banyak sekali masalah dari yang hanya sepele, seperti ruangan tidur Anda yang tidak beres-beres (ini juga masalahkan?), atau kondisi keuangan Anda yang sekarang tiba-tiba melorot padahal kebutuhan dan keinginan Anda semakin bertambah? Atau sampai masalah yang lebih besar, seperti bertumbuhnya jumlah perokok di Indonesia. Beberapa masalah tersebut kalau kita cermati kadang memang sudah ditemukan solusinya. Namun mungkin orang terlalu malas untuk melaksanakan solusinya karena harus berjuang lebih ekstra lagi, atau mungkin mengorbankan beberapa hal yang sebenarnya tidak ingin dikorbankan. Tapi selalu ingatlah, untuk lepas dari permasalahan, Anda harus berjuang, berjuang selalu mengorbankan sesuatu walaupun kecil (seperti waktu atau tenaga). Selalu percaya jika pengorbanan Anda maksimal, maka hasil yang akan Anda terima pula maksimal. Makanya jangan sungkan-sungkan untuk berkorban demi menuntaskan permasalahan yang ada di lingkungan ini.

Apatis. Masa bodoh, tidak peduli, atau acuh tidak acuh. Itu yang saya rasakan sekarang dari orang - orang di luar sana. Rasa individualisme yang tinggi, ego, hanya mempedulikan diri sendiri, semakin menjamur. Entah kenapa. Sedangkan pemimpin - pemimpin di atas sana harus terbiasa untuk memikirkan orang lain tanpa sempat memikirkan dirinya sendiri. Saya berbicara seperti ini bukan berarti saya tidak apatis. Apatis itu pilihan. Tinggal pilih, kamu apatis sama apa. Misal, soal kondisi politik di Indonesia yang kacau banget, sampe berita yang awalnya tentang A bisa jadi Ak+hcs+ksdi-=c, semuanya berkaitan dan bikin kita sendiri sebagai rakyat pusing. Anda di sini sebenarya bebas memilih untuk tidak peduli, masa bodo, "yang penting hidup gue seneng", gak ada yang larang kok. Tapi yakin mau jadi orang yang masa bodo aja padahal kondisi politik di negeri ini nanti bisa berpengaruh sama kelangsungan hidup kamu sendiri?

Bukan. Pointnya sebenarnya bukan di, "lama-lama bakal ngaruh ke hidup kamu juga loh, makanya dari sekarang kamu harus peduli", bukan! Ketika kamu harus berkorban demi sesuatu coba jangan berpikir benefitnya terlebih dahulu. Tak usah pikirkan apa yang kamu bakal dapatkan dari berkorban.Jangan bertanya soal keuntungan kamu dalam berkorban. Kalau masih mau nyari untung, bukan berkorban namanya. Betul? Berkorban itu selalu harus ada sesuatu yang ia lepas dan ikhlaskan. So, ketika kamu mau melakukan sesuatu, jangan pernah mikir untung dulu! Jangan! Pikirkan, "mengapa saya perlu melakukan ini?". Tingkatkan kepedulian sosial lah. Buat apa kamu ada di sini.., buat apa kamu dilahirkan, tentunya untuk bermanfaat bagi orang lain. Jangan sampai ada dengan tidak adanya kamu, dunia ini akan berjalan sama saja.

Bahaya. Bahaya kalau semua masyarakat generasi berikutnya menjadi makhluk yang apatis. Tidak peduli akan kondisi bangsa atau setidaknya, orang-orang dan lingkungan di sekitarnya. Bagaimana keadaan lingkungannya, keadaan politik, keadaan ekonomi, keadaan sosial, hankam, dan yang lainnya.Memang sudah ada orang - orang di bidangnya yang mengurusi masalah-masalah yang melekat di negeri ini. Namun tahukah Anda, bahwa masyarakat yang 'sehat' adalah masyarakat yang tahu betul akan kondisi negaranya seperti apa. Saya pernah ditanya lewat sosial media oleh seorang Amerika, "Bagaimana kabar tentang negara Anda?". Saya bingung, alhasil cuman jawab, "baik-baik saja.". Lalu dia membalas, "Oh bagus. Di sini kami masih sibuk untuk membersihkan teluk meksiko, bllahblabha (padahal gue gak nanya nyet.)". Waktu itu saya langsung mikir, "selama ini gue hidup di mana sih..., gatau negara sendiri lagi sibuk apaan". Sejak saat itu saya jadi gamau ketinggalan informasi. Coba pikirkan deh, kalau bukan kita sendiri yang menjadi duta untuk bangsa kita, siapa lagi? Masa mau orang luar?

Jika dibiarkan, semakin bahaya. Jika kita memiliki masyarakat yang apatis akan kondisi negaranya. Di mana mereka tidak peduli akan keadaan lingkungannya. Mereka membuang sampah di mana saja, membiasakan membuat sampah berserakan. "Mau udara sesek aja yang penting gue bisa idup lah", jangan, jangan sampe seperti itu.

Jangan sampai pula, mereka tidak peduli akan kondisi ekonomi negaranya.Sehingga nanti banyak masyarakat bangsa ini, yang gatau kalau negara kita sedang krisis, rupiah terus melemah, tapi ini malah bepergian ke luar negeri dan menghambur-hamburkan uang di negeri orang.

Jangan sampai terbentuk masyarakat yang sudah mulai bosan untuk mengurusi politik dan jalannya pemerintahan di negeri ini. Nanti para penguasa-penguasa yang tak bersih semakin tak terawasi sehingga membuat mereka menjadi leluasa mencuri harta kekayaan dari negeri dan rakyat sendiri. Banyak orang yang bilang, "Jangan mau kerja di pemerintahan. Kotor.". Memang, sekarang mungkin banyak praktik kotor, tapi mau gimana jadi bersih, ketika orang-orang yang berpotensi bisa mebersihkan isi pemerintahan, malah memilih untuk apatis terhadap ini semua.

Jangan sampai kita tidak peduli akan saudara-saudara kita yang di sana. Yang jauh dari pusat. Yang masih kurang memadai infrastruktur di daerahnya. Yang sering sekali penyakit-penyakit mewabah di daerahnya. Yang belum bisa mendapatkan kesempatan belajar yang sama.

Jangan sampai kita masyarakat yang tidak peduli akan nasib kesehatan saudara-saudara kita yang merokok. Rokok itu menyebabkan kematian. Zat yang terkandung di dalamnya, sangat berbahaya. Bagaikan Anda menghisap asap knalpot kendaraan bermotor. Merokok memang hak masing-masing pribadi. Tapi mau sampe kapan perusahaan rokok dengan lancarnya, berjaya terus di negeri kita. Kita bagai sasaran empuk para perusahaan rokok. Rokok bukan soal sehat atau tidak sehatnya saja. Rokokpun mencipatkan citra yang buruk bagi masyarakat kita. Gak ada keren-kerennya plis... malah seringnya malu-maluin diliat bangsa orang.

Mulailah belajar untuk melakukan sesuatu dengan tujuan yang jelas. Buat rencana jangka panjang, Anda akan seperti apa nantinya. Pastikan diri Anda nantinya akan bermanfaat untuk orang lain. Karena sekali lagi, jangan sampai, ada atau tidaknya Anda, dunia akan berjalan sama saja.

Ridwan Kamil, Walikota Bandung, dalam bukunya berkata "Kebahagiaan manusia akan ditentukan oleh seberapa besar kontribusi kebaikan mereka bagi diri, sesama, dan lingkungan sekitarnya.". Jadi mulailah untuk memikirkan orang lain, jangan cuman mikirin diri sendiri aja. "Kolaborasi adalah kunci untuk mewujudkannya. Mari menjadi bagian dari solusi. (kota kita, tanggung jawab kita)", tambahnya. Jadilah bagian dari solusi. Jangan cuman mau menunggu solusi dari pihak tertinggi. Mulai lah untuk peduli. Buat tangan mu kotor. Kotor sebagai bukti, kamu telah berkontribusi untuk negaramu dan mencoba bermanfaat untuk lingkungan sekitarmu.

"Lihat ibumu, walau ada pembantu
Tetap beres-beres rumah, tetap mau nyapu
Rasa memiliki yang membedakannya
Rumah itu miliknya, bukan milik pembantu
Lihat potret bangsamu
Ini rumah kita, ingatkah kamu?
Kalau negara berantakan di matamu,
Kamu yang bakal bereskan, atau main suruh?" - Pandji Pragiwaksono. Dengan sedikit ubahan.



Comments

Popular posts from this blog

Harkos, Pengharkos, dan Diharkos

Fenomena Pajak Jadian

Memilih Optimis