Pesta Demokrasi

Diawali dengan sebuah pertanyaan yang selalu dilayangkan kepada diri saya. Yang membuat saya merasa bingung, membuat saya bertanya "kenapa kamu bertanya?", yang kadang membuat saya kesal karena terlalu sering ditanyakan (ya gimana gak kesel nanyanya itu-itu lagi..).  "Kenapa kamu peduli sama pemilu atau pilpres yang sekarang? Padahal kamu belum boleh milih?". Dan saya sekarang kesal karena saya sendiri menulis pertanyaan di post ini... . Selain kesal, kadang pertanyaan tersebut membuat saya 'geli', ingin rasayanya tertawa terbahak-bahak ketika mendengar pertanyaan tersebut. HAHAHAHAHAHA. apasih. Selain bingung, kesal, geli, kadang pertanyaan tersebut malah membuat saya sedih. Ada kemirisan (alah apa itu namanya lah, pokoknya berawal dari kata 'miris' :( ) di hati saya, kita sudah diberikan kebebasan untuk memilih sekarang, rakyat bebas memilih siapa pemimpinnya, bukan cuman wakilnya di pemerintahan. Dulu mungkin orang-orang berjuang untuk mendapat hak ini. Tapi ketika kita dapat hak-nya? Orang-orang banyak yang tidak peduli. Kembali ke pertanyaan di atas. saya mungkin tidak akan secara langsung menjawab pertanyaan tersebut. Saya di sini akan coba mengeluarkan segala sesuatu yang ada di otak saya tentang pesta demokrasi ini. Dan mari kita kesampingkan dulu, di pilpres saya dukung siapa. Saya akan mencoba untuk membuat post ini senetral mungkin, agar ini layak dikonsumsi untuk semuanya. Konsumsi... makan.. makanan... *cess

kamu pasti gak tau da kalau KPU punya maskot ini? :( Aku juga masalahnya gak tau :( Goreng patut kitulah masa kotak suara punya idungnya mancung banget :(



Ketika rakyat dibebaskan memilih pemimpinnya, disitulah demokrasi. Demokrasi. Di sini rakyat yang punya kekuatan. Tapi sayangnya yang terjadi di Indonesia, kekuatan tersebut tidak dimanfaatkan oleh rakyatnya itu sendiri dengan baik. Pejabat-pejabat dianggap sebagai penguasa, kalau sudah ditetapkan begini-begini, kita nurut aja. Padahal rakyat punya kuasa lebih. Tapi alasan para pejabat, "Lah kamukan yang milih saya? Kenapa kamu sekarang protes?" sangat kuat, membuat rakyat diam. Ya. Penyesalan selalu datang di akhir. Kita sudah berkali-kali kecewa terhadap orang-orang yang duduk di pemerintahan sana. Kenapa sudah tahu kalau kita salah pilih. Tapi kenapa setiap diberi kesempatan untuk memilih kembali siapa saja yang berhak untuk duduk di atas sana, rakyat malah tidak peduli? Kursi - kursi di pemerintahan sana awalnya milik rakyat, kita mau kasihin ke siapa gimana kita. Ingat, rakyat yang sebenarnya punya kekuatan yang besar. Mau tau contoh yang nyata dari kesuksesan jika kita manfaatkan kekuatan yang kita miliki? Nih


Tragedi 98. Tak perlu saya jelaskan apa hasil dari tragedi 98 dan penyebabnya apa, karena saya tidak akan menitik beratkan post saya tentang itu. 

Ya saya tau, tahun segitu saya masih kecil. Tapi kan saya belajar sejarah, saya menolak untuk lupa, menolak untuk mengabaikan apa yang terjadi pada tahun 98 kebelakang. "Kalau zaman *blablabla* mah, harga murah, apa-apa gampang, Indonesia aman, ekonomi maju, pembangunan juga lancar, gak banyak korupsi lah. Gak kayak sekarang" statement ini statement terngaco yang pernah ada. Saya malah jadi kembali kesal mendengar pernyataan tersebut. 

Tragedi 98 memang menfaatkan kekuatan rakyat dengan menjadikan kerusuhan di mana-mana. Agar pemerintahan peka terhadap apa yang rakyat mau. Tapi apakah mau kerusuhan terus terjadi di negeri ini? Enggak kan. Makanya kita pakai kekuatan rakyat dalam PEMILU dan PILPRES. Berikan kursi-kursi di pemerintahan sana kepada orang-orang yang menurut Anda baik dan berkompeten. Kenali, visinya seperti apa, mau membawa negeri ini kedepannya bagaimana, catat apa saja yang ia janjikan, sehingga nanti kita bisa mengingatkan, kalau ada janji-janjinya yang belum ia penuhi. 

Terus? Gue jadi harus peduli? Gak ngaruh presidennya siapa, wakilnya siapa. Itumah urusan mereka, urusuan gue ya urusan gue. Yang penting gue belajar dengan baik, terus nanti kuliah, dapet kerja, banyak duit deh. Bahagia! Bahagiain diri lo. Gausahlah ngurus-ngurus politik kayak gini. Inimah urusan pemerintahan, kalau pusing biarin lah mereka pusing sendiri, yang penting gue bahagia. 
Halah.

Tahukah Anda kalau segala keputusan yang diputuskan oleh orang-orang di atas sana sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita? Kalau misalnya kamu pengen jadi arsitek, tapi pemerintah lebih percaya arsitek luar negeri untuk melaksanakan pembangunan, gimana hayoh? Nanti gak ada kerjaan dong lo? Kalau misalnya pengen jadi dokter tapi pemerintah tiba-tiba memberikan kuota untuk dokter dari nasional, jadi dokter asli orang Indonesia gak boleh banyak-banyak dan memberikan sebanyak-banyaknya peluang untuk dokter asing buka praktik di Indonesia, lo bakal gimana? Kalau misalnya pengen jadi guru, eh sama pemerintah, gaji guru diturunin atau dikorupsi jadi uangnya gak cair-cair, gimana? Kalau misalnya kamu pengen jadi pengusaha, dan pemerintah membebaskan biaya import dan memberikan akses yang mudah untuk pengusaha asing, berusaha di Indonesia, sehingga membuat pengusaha di Indonesia kewalahan dan kalah saing, atau ditambah, orang yang buka usaha harus menyerahkan 90% keuntungan usahanya kepada pemerintah, lo mau gimana? Kalau misalnya lo pengen jadi pegawai negeri dan pemerintah menetapkan upah minimum jadi sangat kecil, lo mau gimana? Atau mungkin pegawai swasta? Tapi nanti pemerintah menetapkan tidak boleh ada perusahaan swasta yang berdiri di Indonesia, mau gimana? Mau cari kerja di luar negeri? Pemerintah nanti tiba-tiba menetapkan bahwa warga negara Indonesia tidak boleh ada yang bekerja di luar negeri, kalau sudah sekolah di sana, harus kembali ke Indonesia, kalau gak mau, maka akan ada pemaksaan, lo mau gimana? Lo mau gimana? Menyesal karena tidak peduli terhadap kondisi politik di Indonesia, karena kita salah pilih? Sudah terlambat kalau kayak gini keadaannya. Memang yang di atas ada beberapa yang tidak masuk akal, tapikan bisa saja terjadi, siapa tau..

Itukan soal kerja. Kitamah masih kecil, ngapain peduli lah...
Kamu suka main twitter? Kamu suka chat pake LINE? Kamu suka check in di Path? Gimana kalau pemerintah kita tiba-tiba nurutin Cina memblokir semua itu karena dianggap produktivitas orang Indonesia kurang? Kamu suka kesel kalau nge-youtube buffer terus? Download film lama? Gimana kalau misalnya internet di Indonesia harusnya bisa sampe 7,2 Mbps, tapi gak kesampaian terus karena dana yang sudah dialokasikan, dikorup? Kamu suka nongkrong sampe malem-malem di mall gitu? Seneng? Gimana kalau misalnya diberlakukan jam malam, ketika matahari tenggelam, misalnya semua rakyat harus sudah ada di dalam rumah, bete kan? Kamu suka nonton film barat di bioskop? Pernah kan waktu itu pajak impor film dinaikan, jadinya? Perushaaan film barat males ekspor film ke Indonesia. Kamu suka beli dvd bajakan? Gimana kalau misalnya pemerintahan sekarang sangat keras, sampe ada yang jualan dvd bajakan lagi, kiosnya dibakar habis? Kamu suka nonton konser musik? Gimana kalau konser dan acara perizinannya sanget dipersulit oleh pemerintah sehingga membuat EO jadi males ngurusinnya? Gak bakal ada konser musik lagi dong, gimana coba? Kamu suka nonton TV? Gimana kalau pemerintah menutup semua perusahaan TV swasta, yang ada hanya TV nasional? Dan siaran channel luar negeri diblokir? Gimana? Kamu suka diem di rumah dan tidur-tiduran di rumah? Gimana kalau misalnya pemerintah membuat peraturan kalau misalnya semua rakyat diwajibkan untuk berada di luar rumah mulai dari pukul 7 pagi, semua orang harus bekerja untuk negara, gimana? Sekali lagi, yang diatas semua itu mungkin saja terjadi.
Kalaupun kita peduli, pasti masih banyak aja rakyat miskin. Apa bedanya?
Peduli bukan berarti cuman coblos karena suka capresnya. Bukan karena ganteng, lucu, akrab, keliatan baik. Kamu harus tahu orangnya kayak gimana. Cari tau, kenali capresmu. Jangan sampe salah pilih. Dan inget... kemiskinan bukan semata-mata urusan pemerintah. Kita bisa berkontribusi untuk menurunkan angka kemiskinan dengan cara memberi bantuan kepada yang butuh. Bukan cuman secara materil. Ajarkan mereka bagaimana mengolah uang agar yang asalnya segini, jadi terus bertambah. Jangan ajarin mereka jadi manja, bisanya minta-minta, ajarkan mereka untuk berjuang juga.
Yaudahlah yang penting bisa ibadah guemah...
Kalau misalnya tiba-tiba agama lo dilarang ada di Indonesa gimana? Atau misalnya mesjid hanya boleh ada setiap 5 km karena suaranya menganggu? Rumah ibadah yang lain juga sama, gimana?

Yang penting bisa naik haji...
Periode lalu, dana haji dikorup.

Yang penting bisa makan..
Harga bahan pangan bisa naik loh.

Ngaruh kan sama hidup lo, nyet?

Gue tahu. Selanjutnya pasti banyak orang yang beralasan gak peduli karena dia belum memilih. Ya itu gak salah juga. Tapi peduli apa salahnya? Belajarlah peduli kondisi politik di Indonesia. Belajar lah untuk mengenal caleg dan capres yang kalian akan pilih nanti. Sehingga nanti jadi terbiasa, kalau udah waktunya milih, kalian milihnya gak asal-asalan, bukan karena ganteng, kharismatik, dll, tapi satu visi, satu tujuan, dan lo kenal, kalau dia itu 'orang baik'.

Selain belajar peduli, apalagi? Kalau kalian udah kenal sama capres kalian dan kalian pengen capres kalian menang, coba cerita ke keluarga kalian kalau capres kalian itu kayak gini-gini-gini.. dan kasih tau kalau dia itu layak jadi presiden. Sebarkan kepengaruhan di orang-orang sekitar Anda. Bisa jadi Anda merubah orang-orang yang asalnya pilih si A, jadinya milih si B karena kamu menyebarkan kepangaruhan dengan baik. Gak apa-apa cuman ke satu orang juga, karena satu suara pun sangat menentukan, kan?
Waktu pemilu 9 April, gue menceritakan kepada orang-orang sekitar kenapa Partai A harus dipilih. Tentunya gue cerita ke orang yang punya hak memilih. Hasilnya? Dia jadi menimbang-nimbang lagi pilihannya. Ya gak tau sih dia jadi pilih apa... tapikan itu udah usaha.

Soal kepedulian. Orang yang tidak peduli sama pemilu dan pilpres itu kayak orang yang ansos dan gak punya temen dalam sebuah pesta. Padahal yang lain lagi joget-joget, seneng, ketawa-ketawa, tapi kalau dia, dia hanya berdiam diri ditengah kerumunan. Merasa kesepian dalam keramaian. Itu orang yang gak peduli terhadap jalannya Pesta Demokrasi ini.

Anda kesel sama orang di media sosial yang terus bersuara mendukung capresnya? Sesungguhnya bukan mereka yang salah, tapi Anda yang berada di tempat yang salah. Media sosial adalah tempat yang strategis untuk berkampanye dan bukan sebuah pelanggaran. Kita rakyat Indonesia yang sedang larut dalam sebuah pesta. Pesta demokrasi. Jika Anda mau ikut senang dengan kita, mudah saja, peduli. Kalau tidak, jangan ganggu kami, jangan salahkan kami jika kami salah memilih, jangan salahkan kami jika nantinya kalian kesal dengan suara kami yang begitu keras menyuarakan isi hati kami, sehingga menganggu Anda yang tidak peduli. Saya ingatkan sekali lagi, kalau kalian tidak peduli, kalian tidak bisa keluar dari pesta ini, kalian sudah salah tempat dari awal.

Waktunya kita dukung orang yang baik, yang pantas, untuk duduk di kursi kepemimpinan.

 Jadi, "Kenapa kamu peduli sama pemilu atau pilpres yang sekarang? Padahal kamu belum boleh milih?" sudah terjawab, kan?

Comments

Popular posts from this blog

Harkos, Pengharkos, dan Diharkos

Fenomena Pajak Jadian

Memilih Optimis